Gas methan terbentuk karena proses fermentasi secara anaerobik (tanpa
udara) oleh bakteri methan atau disebut juga bakteri anaerobik dan
bakteri biogas yang mengurangi sampah-sampah yang banyak mengandung
bahan organik (biomassa) sehingga terbentuk gas methan (CH4) yang
apabila dibakar dapat menghasilkan energi panas. Sebetulnya di
tempat-tempat tertentu proses ini terjadi secara alamiah sebagaimana
peristiwa ledakan gas yang terbentuk di bawah tumpukan sampah di Tempat
Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Leuwigajah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat,
(Kompas, 17 Maret 2005). Gas methan sama dengan gas elpiji (liquidified
petroleum gas/LPG), perbedaannya adalah gas methan mempunyai satu atom
C, sedangkan elpiji lebih banyak.
Kebudayaan Mesir, China, dan Roma kuno diketahui telah memanfaatkan
gas alam ini yang dibakar untuk menghasilkan panas. Namun, orang pertama
yang mengaitkan gas bakar ini dengan proses pembusukan bahan sayuran
adalah Alessandro Volta (1776), sedangkan Willam Henry pada tahun 1806
mengidentifikasikan gas yang dapat terbakar tersebut sebagai methan.
Becham (1868), murid Louis Pasteur dan Tappeiner (1882), memperlihatkan
asal mikrobiologis dari pembentukan methan.
Pada akhir abad ke-19 ada beberapa riset dalam bidang ini dilakukan.
Jerman dan Perancis melakukan riset pada masa antara dua Perang Dunia
dan beberapa unit pembangkit biogas dengan memanfaatkan limbah
pertanian. Selama Perang Dunia II banyak petani di Inggris dan benua
Eropa yang membuat digester kecil untuk menghasilkan biogas yang
digunakan untuk menggerakkan traktor. Karena harga BBM semakin murah dan
mudah memperolehnya pada tahun 1950-an pemakaian biogas di Eropa
ditinggalkan. Namun, di negara-negara berkembang kebutuhan akan sumber
energi yang murah dan selalu tersedia selalu ada. Kegiatan produksi
biogas di India telah dilakukan semenjak abad ke-19. Alat pencerna
anaerobik pertama dibangun pada tahun 1900. (FAO, The Development and
Use of Biogas Technology in Rural Asia, 1981).
Negara berkembang lainnya, seperti China, Filipina, Korea, Taiwan,
dan Papua Niugini, telah melakukan berbagai riset dan pengembangan alat
pembangkit gas bio dengan prinsip yang sama, yaitu menciptakan alat yang
kedap udara dengan bagian-bagian pokok terdiri atas pencerna
(digester), lubang pemasukan bahan baku dan pengeluaran lumpur sisa
hasil pencernaan (slurry) dan pipa penyaluran gas bio yang terbentuk.
Keuntungan teknologi ini dibanding sumber energi alternatif yang lain
adalah: Menghasilkan gas yang dapat digunakan untuk kebutuhan
sehari‑hari. Kotoran yang telah digunakan untuk menghasilkan gas dapat
digunakan sebagal pupuk organik yang sangat baik. Dapat mengurangi kadar
bakteri patogen yang terdapat dalam kotoran yang dapat menyebabkan
penyakit bila kotoran hewan atau sampah tersebut ditimbun begitu saja.
Yang paling utama yaitu bisa mengurangi permasalahan penanggulangan
sampah atau kotoran hewan menjadi sesuatu yang bermanfaat. Dengan
teknologi tertentu, gas methan dapat dipergunakan untuk menggerakkan
turbin yang menghasilkan energi listrik, menjalankan kulkas, mesin
tetas, traktor, dan mobil. Secara sederhana, gas methan dapat digunakan
untuk keperluan memasak dan penerangan menggunakan kompor gas
sebagaimana halnya elpiji.
Biogas merupakan sebuah proses
produksi gas bio dari material organik dengan bantuan bakteri. Proses
degradasi material organik ini tanpa melibatkan oksigen disebut
anaerobik digestion Gas yang dihasilkan sebagian besar (lebih 50 % )
berupa metana. material organik yang terkumpul pada digester (reaktor)
akan diuraiakan menjadi dua tahap dengan bantuan dua jenis bakteri.
Tahap pertama material orgranik akan didegradasi menjadi asam asam lemah
dengan bantuan bakteri pembentuk asam. Bakteri ini akan menguraikan
sampah pada tingkat hidrolisis dan asidifikasi. Hidrolisis yaitu
penguraian senyawa kompleks atau senyawa rantai panjang seperti lemak,
protein, karbohidrat menjadi senyawa yang sederhana. Sedangkan
asifdifikasi yaitu pembentukan asam dari senyawa sederhana.
Setelah material organik berubah menjadi asam asam, maka tahap kedua
dari proses anaerobik digestion adalah pembentukan gas metana dengan
bantuan bakteri pembentuk metana seperti methanococus, methanosarcina,
methano bacterium.
Perkembangan proses Anaerobik digestion telah berhasil pada banyak
aplikasi. Proses ini memiliki kemampuan untuk mengolah sampah / limbah
yang keberadaanya melimpah dan tidak bermanfaat menjadi produk yang
lebih bernilai. Aplikasi anaerobik digestion telah berhasil pada
pengolahan limbah industri, limbah pertanian limbah peternakan dan
municipal solid waste (MSW).
Proses dekomposisi anaerobik pada dasarnya adalah proses yang terdiri atas dua tahap, yaitu :
1. Proses Asidifikasi (proses pengasaman)
Proses asidifikasi teradi karena kehadiran bakteri pembentuk asam yang
disebut dengan bakteri asetogenik. Bakteri ini akan memecah struktur
organik kompleks menjadi asam‑asam volatil (struktur kecil). Protein
dipecah menjadi asam‑asam amino. Karbohidrat dipecah menjadi gula dengan
struktur yang sederhana. Lemak dipecah menjadi asam yang berantai
panjang. Hasil dari pemecahan ini akan dipecah lebih jauh menjadi
asam‑asarn volaid. Bakteri asetogenik juga dapat melepaskan gas hidrogen
dan gas karbondioksida.
2. Proses Produksi Metan
Bakteri pembentuk metan (bakteri metanogenik) menggunakan asam yang
terbentuk darl proses asidifikasi. Selain itu juga terdapat bakteri yang
dapat membentuk gas metan dari gas hidrogen dan karbondioksida yang
dihasilkan dari proses pertama.
Ada tiga kelompok dari bakteri dan Arkhaebakteria yang berperan dalam proses pembentukan biogas, yaitu:
1. Kelompok bakteri fermentatif: Steptococci, Bacteriodes, dan beberapa jenis Enterobactericeae
2. Kelompok bakteri asetogenik: Desulfovibrio
3. Kelompok Arkhaebakteria dan bakteri metanogen: Mathanobacterium, Mathanobacillus, Methanosacaria, dan Methanococcus.
Faktor‑faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Biogas
Pengaruh pH dan Alkalinitas
Alkalinitas adalah besaran yang menunjukkan jumlah karbonat dalam
larutan. Keasaman diindikasikan oleh besaran pH. Keasaman sangat
berpengaruh terhadap proses dekomposisi anaerobik, karena bakteri yang
terlibat dalam proses ini hanya dapat bertahan hidup pada interval pH
6,5‑8. Asam yang dihasilkan oleh bakteri asetogenik digunakan oleh
bakteri metanogenik dan pada akhirnya pH akan konstan. Secara natural
tidak akan terjadi perubahan pH dalarn interval yang besar. Perubahan pH
yang besar dapat terjadi karena perubahan dari lingkungan.
Pengaruh Temperatur
Bakteri anaerob sangat sensitif terhadap perubahan temperatur.
Temperatur optimum untuk terjadinya proses dekomposisi anaerobik adalah
sekitar 35oC. Bila temperatur terlalu rendah aktivitas bakteri akan
menurun dan mengakibatkan produksi biogas akan menurun. Di lain pihak
bila temperatur terlalu tinggi bakteri akan mati dan mengakibatkan
produksi biogas akan terhenti.
Reaktor Biogas
Reaktor biogas (digester anaerob) adalah sebuah tempat yang kondisinya
dijaga sedenilkian rupa sehingga proses dekomposisi dapat berjalan
dengan optimum. Parameter keoptimuman dari proses ini adalah produksi
biogas yang tinggi dengan waktu reterisi yang tidak terlalu larna.
Kebutuhan Gas
Gas yang dibutuhkan untuk memasak 1 liter air adalah sekitar 26 liter,
jadi sekitar 200 liter gas perhari dibutuhkan untuk kebutuhan
sehari‑hari rumah tangga. Bila gas ini mengandung 60% gas metan kita
mernbutuhkan sekitar 120 liter metan per hari dengan kandungan energi
sebesar 39MJ/m3.
Kebutuhan Kotoran Hewan atau sampah
Satu kilogram padatan diolah (bagian darl kotoran hewan atau sampah yang
dapat terdegradasi) memproduksi 0,5 m3 metan, tetapi hanya setengah
dari padatan tersebut yang akan terdekomposisi. Hal ini berarti kita
harus menambahkan sekitar 0,5 kg padatan volatil per hari untuk dapat
menghasilkan 120 liter gas metan.
Ukuran Digester
Digester merupakan sebuah reaktor yang dirancang sedemikian rupa
sehingga kondisi didalamnya menjadi anaerobic, sehingga bisa
memungkinkan proses dekomposisi anaerobic bisa terjadi. Kotoran harus
ditampung dalam digester selama proses dekomposisi berlangsung atau
dengan kata lain sampai kotoran tersebut menghasilkan biogas. Proses
dekomposisi oleh bakteri anaerobik sangat dipengaruhi oleh ternperatur.
Biogas sebagian besar mengandung gs metana (CH4) dan karbon dioksida
(CO2), dan beberapa kandungan yang jumlahnya kecil diantaranya hydrogen
sulfida (H2S) dan ammonia (NH3) serta hydrogen dan (H2), nitrogen yang
kandungannya sangat kecil.
Energi yang terkandung dalam biogas tergantung dari konsentrasi
metana (CH4). Semakin tinggi kandungan metana maka semakin besar
kandungan energi (nilai kalor) pada biogas, dan sebaliknya semakin kecil
kandungan metana semakin kecil nilai kalor. Kualitas biogas
dapat ditingkatkan dengan memperlakukan beberapa parameter yaitu :
Menghilangkan hidrogen sulphur, kandungan air dan karbon dioksida (CO2).
Hidrogen sulphur mengandung racun dan zat yang menyebabkan korosi, bila
biogas mengandung senyawa ini maka akan menyebabkan gas yang berbahaya
sehingga konsentrasi yang di ijinkan maksimal 5 ppm. Bila gas dibakar
maka hidrogen sulphur akan lebih berbahaya karena akan membentuk senyawa
baru bersama-sama oksigen, yaitu sulphur dioksida /sulphur trioksida
(SO2 / SO3). senyawa ini lebih beracun. Pada saat yang sama akan
membentuk Sulphur acid (H2SO3) suatu senyawa yang lebih korosif.
Parameter yang kedua adalah menghilangkan kandungan karbon dioksida yang
memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas, sehingga gas dapat
digunakan untuk bahan bakar kendaraan. Kandungan air dalam biogas akan
menurunkan titik penyalaan biogas serta dapat menimbukan korosif.
Ada beberapa jenis reactor biogas yang dikembangkan diantaranya
adalah reactor jenis kubah tetap (Fixed-dome), reactor terapung
(Floating drum), raktor jenis balon, jenis horizontal, jenis lubang
tanah, jenis ferrocement. Dari keenam jenis digester biogas yang sering
digunakan adalah jenis kubah tetap (Fixed-dome) dan jenis Drum
mengambang (Floating drum). Beberapa tahun terakhi ini dikembangkan
jenis reactor balon yang banyak digunakan sebagai reactor sedehana dalam
skala kecil.
1. Reaktor kubah tetap (Fixed-dome)
Reaktor ini disebut juga reaktor china. Dinamakan demikian karena
reaktor ini dibuat pertama kali di chini sekitar tahun 1930 an, kemudian
sejak saat itu reaktor ini berkembang dengan berbagai model. Pada
reaktor ini memiliki dua bagian yaitu digester sebagai tempat pencerna
material biogas dan sebagai rumah bagi bakteri,baik bakteri pembentuk
asam ataupun bakteri pembentu gas metana. bagian ini dapat dibuat dengan
kedalaman tertentu menggunakan batu, batu bata atau beton. Strukturnya
harus kuat karna menahan gas aga tidak terjadi kebocoran. Bagian yang
kedua adalah kubah tetap (fixed-dome). Dinamakan kubah tetap karena
bentunknya menyerupai kubah dan bagian ini merupakan pengumpul gas yang
tidak bergerak (fixed). Gas yang dihasilkan dari material organik pada
digester akan mengalir dan disimpan di bagian kubah.
Keuntungan dari reaktor ini adalah biaya konstruksi lebih murah
daripada menggunaka reaktor terapung, karena tidak memiliki bagian yang
bergerak menggunakan besi yang tentunya harganya relatif lebih mahal dan
perawatannya lebih mudah. Sedangkan kerugian dari reaktor ini adalah
seringnya terjadi kehilangan gas pada bagian kubah karena konstruksi
tetapnya.
2. Reaktor floating drum
Reaktor jenis terapung pertama kali dikembangkan di india pada tahun
1937 sehingga dinamakan dengan reaktor India. Memiliki bagian digester
yang sama dengan reaktor kubah, perbedaannya terletak pada bagian
penampung gas menggunakan peralatan bergerak menggunakan drum. Drum ini
dapat bergerak naik turun yang berfungsi untuk menyimpan gas hasil
fermentasi dalam digester. Pergerakan drum mengapung pada cairan dan
tergantung dari jumlah gas yang dihasilkan.
Keuntungan dari reaktor ini adalah dapat melihat secara langsung
volume gas yang tersimpan pada drum karena pergerakannya. Karena tempat
penyimpanan yang terapung sehingga tekanan gas konstan. Sedangkan
kerugiannya adalah biaya material konstruksi dari drum lebih mahal.
faktor korosi pada drum juga menjadi masalah sehingga bagian pengumpul
gas pada reaktor ini memiliki umur yang lebih pendek dibandingkan
menggunakan tipe kubah tetap.
sumber http://rumahenergi.com/cara-membuat-biogas-dari-kotoran-hewan-dan-sampah-21
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan berpartisipasi di blog ini dengan berkomentar